
Amarah, datang saat logika berhadapan dengan rasa. Bertambah parah, ketika idealisme berbenturan dengan keinginan orang lain yang juga punya kepentingan akan sesuatu yang menjadi hak bersama.
Saat semua tak terkendali, individualisme dan egoisme menampakkan diri. Akan ada yang terluka dan perihnya melebihi luka akibat ledakan bom atom yang pernah di buat manusia. Sakitnya akan membekas, melebihi sayatan-sayatan pisau bedah saat merobek kulit perut ketika di operasi.
Aku menangis, bukan karena perih saat terluka.
Aku menangis bukan karena merasa hak ku terinjak-injak.
Aku menangis karena amarah yang telah ku ciptakan sendiri.
Aku menangis, karena luka yang ku berikan padamu.
Aku menangis karena hujaman dari tajamnya lidahku yang ku tusukkan kedalam hatimu membekas dalam wujud yang tak terbentuk.
Aku menangis, saat memberimu air mata kepedihan.
Aku menangis dalam amarah yang tak terkendali.
Aku menangis ketika sakit yang ku berikan dalam kerentaan usiamu.
Aku menangis, menangis karena telah menyakitimu, Ayah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar